Baturaja, Sergap86.co.id – Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) bersama Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia secara resmi meresmikan Museum Situs Gua Harimau Padang Bindu, Minggu (19/10/2025). Acara berlangsung khidmat di kawasan situs prasejarah yang dikenal sebagai salah satu pusat penemuan arkeologi tertua di Sumatera Selatan.
Prosesi penyambutan diawali dengan penampilan tarian daerah serta pemberian kaduk sebagai bentuk penghormatan kepada tamu kehormatan.
Rangkaian acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, diikuti seluruh undangan, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten OKU, Dr. H. Muhammad Ali, S.Ag., M.Pd.I, sebagai ungkapan rasa syukur atas selesainya pembangunan museum tersebut.
Turut hadir Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadlizon, M.Sc, Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, serta Gubernur Sumatera Selatan yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Pandji Tjahjanto, S.Hut., M.Si.
Hadir pula Bupati OKU H. Teddy Meilwansyah, S.STP., MM., M.Pd, Wakil Bupati OKU Ir. H. Marjito Bachri, unsur Forkopimda OKU, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten OKU, akademisi, tokoh adat, serta masyarakat Padang Bindu dan sekitarnya.
Dalam laporannya, Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Dr. Restu Gunawan, menjelaskan bahwa pembangunan fisik museum dimulai sejak tahun 2015 dengan tahap pekerjaan yang panjang.
“Pekerjaan struktur dimulai tahun 2015, kemudian dilanjutkan tahap arsitektur, finishing, serta penataan koleksi hingga tahun 2019. Total luas bangunan mencapai 4.193 meter persegi, terdiri dari gedung lobi, gedung display tiga lantai, serta ruang pengelola, toilet, dan mushola,” jelasnya.
Museum ini menyimpan 268 koleksi, terdiri dari 260 koleksi asli dan 8 koleksi replika, hasil penelitian arkeologis di kawasan Gua Harimau. Temuan penting meliputi lukisan dinding gua, kubur manusia ras Mongoloid, artefak batu, serta sisa-sisa hewan purba hingga kedalaman 3,5 meter.
Penemuan ini menunjukkan bahwa penghuni Gua Harimau merupakan komunitas prasejarah yang hidup lebih tua dari ras Austro-Melanesia, dengan usia diperkirakan mencapai 14.000 tahun lalu.
“Dengan dukungan penuh dari Bupati OKU yang menyerahkan lahan kepada pemerintah pusat, akhirnya pembangunan museum dapat dituntaskan. Saat ini museum telah siap dibuka untuk umum dan menjadi pusat pelestarian budaya serta edukasi masyarakat,” tutur Dr. Restu Gunawan.
Dalam sambutannya, Bupati OKU H. Teddy Meilwansyah menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas terwujudnya museum yang telah lama dinantikan masyarakat.
“Hari ini menjadi momen bersejarah bagi kami. Museum Gua Harimau bukan hanya tempat rekreasi, tapi sarana edukasi, riset, dan pelestarian budaya. Melalui museum ini, generasi muda dapat memahami asal-usul dan peradaban tinggi yang dimiliki daerah kita,” ujar Bupati Teddy.
Ia menambahkan bahwa ke depan museum akan menjadi ruang kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pelaku seni budaya untuk memperkaya khasanah kebudayaan lokal OKU.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadlizon, M.Sc, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran museum sebagai “etalase depan peradaban bangsa”.
“Di negara maju, museum adalah wajah dari bangsa itu sendiri. Dari museum, kita belajar perjalanan sejarah dan kebudayaan. Begitu pula di Indonesia, museum harus menjadi tempat yang hidup, relevan, dan menarik bagi masyarakat,” ujarnya.
Fadlizon juga menyoroti nilai penting Gua Harimau sebagai situs arkeologi kelas dunia. Ia menjelaskan bahwa dari hasil riset arkeologis, situs ini menyimpan bukti keberadaan manusia modern (Homo sapiens) tertua di Sumatera, dengan jejak peradaban yang sangat tua.
“Gua Harimau adalah situs luar biasa. Di dunia, hanya sedikit tempat yang memiliki lapisan budaya berumur puluhan ribu tahun seperti ini. Ini membuktikan bahwa peradaban Nusantara sangat tua dan tinggi,” jelas Fadlizon.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kebudayaan bukan sekadar pelestarian masa lalu, tetapi juga harus dikembangkan menjadi ekonomi budaya dan industri budaya.
Ia mencontohkan, museum-museum di luar negeri menjadi pusat ekonomi kreatif karena didukung ekosistem kuat — mulai dari UMKM, kuliner, hingga produk suvenir. Konsep serupa diharapkan dapat diterapkan di Museum Gua Harimau.
Kita ingin museum ini tidak hanya menyimpan sejarah, tapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat. Museum harus hidup, aktif, dan menjadi pusat kegiatan seni budaya,” tegasnya.
Fadlizon menambahkan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menjadikan kebudayaan sebagai fondasi utama pembangunan nasional melalui pembentukan Kementerian Kebudayaan yang berdiri sendiri sejak 2024.
Ia juga membuka peluang dukungan Dana Abadi Kebudayaan dan kerja sama dengan BUMN untuk membantu pengembangan kawasan budaya dan taman wisata di sekitar situs Gua Harimau.
“Kami harap setelah diresmikan, museum ini menjadi pusat kebangkitan kebudayaan di OKU, tempat belajar, penelitian, dan penggerak ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Acara peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan pita oleh Menteri Kebudayaan Dr. Fadlizon bersama Bupati OKU, disaksikan seluruh undangan. Momen ini disambut tepuk tangan meriah masyarakat Padang Bindu yang telah menantikan kehadiran museum tersebut sejak lama.
Dengan berdirinya Museum Situs Gua Harimau Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu kini memiliki ikon baru wisata sejarah dan budaya, sekaligus pusat edukasi dan penelitian yang memperkuat jati diri Bumi Sebimbing Sekundang.
Peresmian ini menjadi tonggak sejarah bagi dunia kebudayaan di Sumatera Selatan. Pemerintah pusat dan daerah menegaskan komitmennya untuk terus menjaga, melestarikan, dan memperkenalkan warisan leluhur kepada generasi masa depan.
Seperti disampaikan Menteri Kebudayaan dalam penutupnya:
“museum Situs Gua Harimau bukan untuk menyimpan masa lalu, melainkan menjadi jembatan menuju masa depan — tempat pengetahuan lahir dari penelitian, kebanggaan tumbuh dari pemahaman, dan kemajuan berakar dari pelestarian.”